DETAIL BERITA
BANDUNG – Menristekdikti, Muhamad Nasir, menegaskan penonaktifan perguruan tinggi yang dilakukannya bertujuan untuk melindungi mahasiswa. Sehingga mahasiswa tidak jadi korban dari kampus-kampus bermasalah.
Ia menyebut sejumlah alasan kenapa menonaktifkan lebih dari 200 perguruan tinggi. Salah satunya karena rasio dosen dan mahasiswa yang tidak ideal. Bahkan, ada kampus yang rasio satu dosen berbanding ratusan mahasiswa.
"Ada yang satu (dosen) berbanding 150, 200, 300, sampai tertinggi banding 750 (mahasiswa)," ujar Nasir di Institut Teknologi Bandung (ITB), Kamis (8/10/2015).
Alasan kedua adalah adanya konflik yayasan yang menaungi perguruan tinggi dengan rektor. "Ketiga mungkin masalah pembelajaran yang tidak sesuai," ungkapnya.
Berbagai persoalan yang ada pun diharapkan segera tuntas. Salah satu solusinya adalah mengeluarkan peraturan menteri yang tujuannya menuntaskan persoalan yang ada.
Salah satu isi dari peraturan menteri itu adalah mengatur konflik internal antara yayasan dan pengelola perguruan tinggi. "Konflik ini yang korban siapa? Mahasiswa. Ini mahasiswa jangan sampai jadi korban akibat para pemilik (perguruan tinggi) ini berkonflik. Kalau ini terjadi terus-menerus, ini bahaya," tegasnya Nasir.
Ia menambahkan, saat ini pihaknya sudah melarang kampus bermasalah untuk tidak menerima mahasiswa baru hingga tidak memberikan kucuran beasiswa. Verifikasi dan pembinaan terhadap kampus bermasalah pun akan dilakukan. (ira)
sumber : okezone.com