DETAIL BERITA
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Peneliti di Indonesia sangat minim dibandingkan negara Malaysia, Singapura, Vietnam dan Filipina karena daya tarik untuk kreatif penciptaan itu kurang dari segi pendapatan bagi penciptanya.
“Di UI sendiri, intensif peniliti per jam hanya Rp 30.000, sehingga daya tarik untuk peneliti sangat minim. Apalagi jika ditanya kepada pemuda-pemudi kita, maka banyak yang tidak tertarik untuk tekun jadi peneliti bidang apapun juga,” kata Pakar Ekonomi UI Telisa Aulia di Gedung DPR RI, Selasa (6/10).
Menurutnya, wajar saja jika banyak yang tidak tertarik pada bidang penelitian karena suasana kehidupan peneliti itu, tempatnya sepi, selalu di ruangan kerja.
“Tanya saja pada anak-anak, tidak pernah menyinggung cita-cita ingin jadi peneliti, tapi selalu ingin jadi dokter dan lainnya. Paling enak lagi jika dibandingkan untuk pilihan, ya, jadi anggota DPR, gajinya besar,” ujarnya sambil tertawa dan melirik kepada Ketua Pansus RUU Hak Paten John Kennedy Aziz.
John Kennedy Aziz mendengar itu hanya tersenyum. Sedangkan John Kennedy dalam kesempatan itu menjelaskan tentang DPR yang kini sedang membicarakan soal Revisi UU Paten.
“Revisi UU Paten ini nantinya akan memberikan reward kepada peneliti yang spektakular, sehingga memberi semangat kepada para generasi muda lainnya untuk bisa terjun ke bidang peneliti,” katanya.
Dari data dunia, tahun 2013, terlihat sekali hasil penelitian di Indonesia sangat kecil karena dari pengajuan paten sangat kalah jumlahnya dengan negara tetangga.
Indonesia yang memiliki jumlah penduduk 250 juta pengaju paten hanya 8.641, sedangkan Singapura jumlah penduduk sedikit dibandingkan Indonesia 9.722. Thailand 7.404, Malaysia 2.350, Vietnam 3.795 dan Filipina 3.090.
Sedikitnya jumlah Indonesia pengaju paten ini karena selain kurang berminat untuk menjadi peneliti juga kurang pengetahuan apalagi bagi masyarakat di daerah, sambungnya.
Sekretariat Direktorat Jendral Kekayaan Intelektual, Kemenhumkam, Rajilu menambahkan sebenarnya untuk reward bagi peneliti ini sudah ada yang setiap tahun diberikan kepada mereka peneliti penemu muhtahir sebesar Rp 100 juta.
“Juga ada untuk pemuda peneliti setiap tahun diberikan reward. Hanya saja karena sosialisasi kurang, banyak yang tidak tahu,” ucapnya.
sumber : http://banjarmasin.tribunnews.com
